6 Metode Perhitungan Uang Pertanggungan
Asuransi
Ada beberapa Metode yang
paling sering digunakan oleh para Agen Asuransi dan Perencana Keuangan dalam
menghitung Uang Pertanggungan. Antara lain :
1. Metode Human
Life Value Based disebut juga Metode Sederhana
UP
dihitung berdasarkan rata-rata pendapatan setiap bulan yang disetahunkan
kemudian dikali dengan ekspektasi lamanya dana tersebut mengcover hidup hingga
ahli waris mampu untuk mendapatkan income sendiri, biasanya yang digunakan
adalah 10 thn. Metoda ini tidak mempertimbangkan faktor pertumbuhan dana jika
UP tersebut disimpan dalam Bank atau lembaga investasi lain. Kekurangan
dari Metode ini adalah tidak mempertimbangkan kenaikan biaya hidup dan mengasumsikan
keluarga harus mampu mandiri kembali dalam waktu 10 tahun.
Contoh : Seorang ayah 30 tahun memiliki penghasilan bersih Rp 10 juta
setiap bulannya, istri ibu rumah tangga mereka memiliki 1 orang anak usia 3
tahun. Maka UP yang wajar adalah Rp 10 juta*12*10 =Rp 1,2 M, ini berarti jika
diambil sebesar Rp 10 juta setiap bulannya akan bertahan selama 10 tahun (tanpa
menghitung bunga atau pertumbuhan dana).
2. Metode Income
Value Based
UP dihitung berdasarkan
rata-rata pendapatan setiap bulan yang kita setahunkan dibagi dengan faktor
pertumbuhan dana karena UP tersebut wajib disimpan dalam lembaga investasi
selain bank.
Contoh
: Seorang ayah 30 tahun memiliki penghasilan bersih Rp 10 juta setiap bulannya,
istri ibu rumah tangga mereka memiliki 1 orang anak usia 3 tahun, hasil investasi
6%/thn. Maka UP yang wajar adalah (Rp 10 juta*12)/6 persen = Rp 2 M. Ini berarti
jika UP diterima maka dana tersebut ditempatkan pada instrument investasi
pendapatan tetap seperti ORI (Obligasi Ritel Indonesia), Reksa Dana Pendapatan
Tetap, bukan pada Deposito. Instrument tersebut secara historis memiliki
kinerja setahun pada kisaran 6 persen s/d 8 persen. Sehingga uang sebesar Rp 2
miliar akan menghasilkan Rp 10 juta setiap bulannya.
3. Metode Financial
Needs Value Based
UP dihitung berdasarkan dan dimaksudkan
untuk memproteksi
kebutuhan dana dimasa mendatang
misalkan Dana Pendidikan. Metode ini berbeda dengan 2 metode sebelumnya, ini
tidak memproteksi penghasilan melainkan kebutuhan keuangan dimasa mendatang.
Contoh
: UP untuk memproteksi biaya pendidikan kelak jika sang ayah meninggal.
Misalkan biaya pendidikan di universitas sekarang adalah Rp 100 juta maka 15
tahun lagi biaya kuliah menjadi sekitar Rp 320 juta dengan perkiraan kenaikan 8%
setiap tahunnya. Jadi UP untuk memproteksi biaya pendidikan adalah sebesar Rp
320 juta.
4. Income replacement based
UP dihitung berdasarkan berapa pendapatan seseorang hingga pensiun. Keluarga yang ditinggalkan akan menerima manfaat sebesar penghasilan pencari nafkah sampai dengan pencari nafkah seolah-olah berusia pensiun. Kekurangan metode ini adalah tidak mempertimbangkan inflasi dan kenaikan biaya hidup.
UP dihitung berdasarkan berapa pendapatan seseorang hingga pensiun. Keluarga yang ditinggalkan akan menerima manfaat sebesar penghasilan pencari nafkah sampai dengan pencari nafkah seolah-olah berusia pensiun. Kekurangan metode ini adalah tidak mempertimbangkan inflasi dan kenaikan biaya hidup.
Contoh, pendapatan Bapak A sebulan Rp 5 juta. Usia A saat ini 30 tahun
dan ingin pensiun di usia 55. Jadi, masa produktifnya 25 tahun lagi. Dengan
metode ini, cara menghitung UP A adalah Rp 5 juta x 12 (bulan) x 25 (tahun).
Hasilnya Rp 1,25 miliar.
Jika Bpk A meninggal dan nilai konsumsi keluarga setiap bulannya sebesar Rp 5 juta, uang pertanggungan baru akan habis 20 tahun kemudian.
Jika Bpk A meninggal dan nilai konsumsi keluarga setiap bulannya sebesar Rp 5 juta, uang pertanggungan baru akan habis 20 tahun kemudian.
5. Survival value based
UP dihitung berdasarkan pendapatan selama masa produktif sampai usia pensiun lalu ditambah dengan utang-utang yang dimiliki dan kebutuhan dana darurat keluarganya. Cara menghitungnya bisa menggunakan IRB, HLVB, atau IVB + utang-utang + kebutuhan dana darurat.
metode ini cocok untuk keluarga yang memiliki utang besar dan utangnya tersebut tidak dilindungi asuransi jiwa kredit.
UP dihitung berdasarkan pendapatan selama masa produktif sampai usia pensiun lalu ditambah dengan utang-utang yang dimiliki dan kebutuhan dana darurat keluarganya. Cara menghitungnya bisa menggunakan IRB, HLVB, atau IVB + utang-utang + kebutuhan dana darurat.
metode ini cocok untuk keluarga yang memiliki utang besar dan utangnya tersebut tidak dilindungi asuransi jiwa kredit.
6. Family needs based
UP dihitung berdasarkan kebutuhan-kebutuhan keluarga setelah tertanggung meninggal dan memperhitungkan segala asset dan hutang yang telah dimiliki. Besarnya inflasi dan kenaikan biaya hidup pun diperhitungkan.
Cara menghitungnya dengan menjumlahkan pengeluaran keluarga yang ditinggalkan, dihitung dengan nilai sekarang (present value) lalu ditambah kebutuhan dana darurat, dana pendidikan anak-anak, utang, dan kebutuhan lainnya jika memang ada. Hasilnya kemudian dikurangi aset lancar yang dimiliki saat ini.
Kelemahan metode ini adalah perhitungannya agak lebih kompleks dan memerlukan data yang lengkap dari klien.
UP dihitung berdasarkan kebutuhan-kebutuhan keluarga setelah tertanggung meninggal dan memperhitungkan segala asset dan hutang yang telah dimiliki. Besarnya inflasi dan kenaikan biaya hidup pun diperhitungkan.
Cara menghitungnya dengan menjumlahkan pengeluaran keluarga yang ditinggalkan, dihitung dengan nilai sekarang (present value) lalu ditambah kebutuhan dana darurat, dana pendidikan anak-anak, utang, dan kebutuhan lainnya jika memang ada. Hasilnya kemudian dikurangi aset lancar yang dimiliki saat ini.
Kelemahan metode ini adalah perhitungannya agak lebih kompleks dan memerlukan data yang lengkap dari klien.
Jika dirasakan masih membingungkan silahkan
meminta bantuan pada Agen Asuransi Anda atau Perencana Keuangan yang anda
kenal. Sekarang kita dapat menghitung berapa nilai UP yang wajar sehingga jika
sampai waktunya kita harus kembali kepada Sang Pencipta keluarga tercinta yang
kita tinggalkan tetap dapat melangsungkan kehidupan dengan standard yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar